Media berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi terkait penerapan kurikulum 2013, file aplikasi yang berguna bagi pendidikan.

Peranan Orangtua dalam Menopang Prestasi Belajar Anak

*Purnawanto, S.Pd, M.Si

Sering kali terjadi dalam kehidupan sehari–hari jika seorang anak meraih prestasi yang membanggakan , lantas sang ayah berkata: “Siapa dulu bapaknya?“, atau sang ibu berkata: “Siapa dulu ibunya?“. Namun, jika seorang anak memperoleh prestasi yang mengecewakan orang tua berucap lirih: “Siapa dulu gurunya?“.

Hal tersebut adalah sikap tak adil. Ki Hajar Dewantara, selaku Bapak Pendidikan Indonesia menegaskan bahwa pendidikan harus dilakukan secara kooperatif antara keluarga , sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama dan terpenting, karena keluargalah pondasi utama pembentukan intelligence quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ).

Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional juga menegaskan bahwa pendidikan adalah tangungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah adalah fase kedua dari pendidikan pertama dalam keluarga, karena pendidikan pertama dan utama diperoleh anak dari keluarganya. Pada masa inilah peletakan fondasi belajar harus tepat dan benar. Jika pada fase ini orang tua salah dalam memformat semangat belajar anak, maka kelak akan berpengaruh terhadap sikap anak menghadapi fase sekolah , karena pada dasarnya setiap anak terlahir dalam keadaan jenius , orangtualah yang membuat anak tidak mampu mengakumulasikan kejeniusannya.

Di sisi lain, peralihan dari pendidikan informal (keluarga) ke pendidikan formal (sekolah) memerlukan kerjasama antara orangtua dan sekolah/pendidik. Kesalahan orang tua yang fatal adalah menyerahkan sepenuhnya tanggungjawab pendidikan anaknya kepada sekolah/pendidik, karena waktu anak berada di sekolah lebih kecil dibanding dengan waktu anak di luar sekolah (rumah/masyarakat). Selain itu, orang tua beranggapan bahwa sekolahlah yang bertanggungjawab terhadap perkembangan IQ dan EQ anaknya. Anggapan tersebut sangat keliru, karena membangun kecerdasan IQ dan EQ anak diperlukan perlakuan yang sinergi dan kongruen antara sekolah dan orang tua juga masyarakat.

Kerjasama antara sekolah dan orangtua sangat perlu dan telah disadari oleh banyak pihak, sehingga dalam merancang kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) menempatkan peranan orangtua sebagai salah satu pilar keberhasilannya.

Berbagai penelitian tentang peranan orangtua menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar anaknya, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan, serta aspirasi anaknya untuk belajar sampai di Perguruan Tinggi, bahkan setelah bekerja dan berkeluarga (NCES: 1998, Daugherti dan Kurosaka: 2002).

Berdasarkan hasil penelitian di AS terhadap 15.000 remaja sebagai sampelnya,  menunjukkan bahwa jika peranan orangtua dalam pendidikan anak berkurang/terabaikan atau tak dilakukan maka terjadi peningkatan yang signifikan terhadap:
1.      Jumlah anak putri belasan tahun hamil di luar / tanpa menikah ,
2.      Kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak , dan
3.      Patologi psiko - sosial
(Daugherti dan Kurosaka: 2002).

Peranan Orangtua.

Ada banyak peranan orang tua yang dapat dikembangkan dalam upaya menopang prestasi belajar anaknya , antara lain :
1.      Memberi motivasi .
Motivasi merupakan dorongan agar seseorang melakukan suatu tindakan/kegiatan. motivasi belajar sebaiknya ditanamkan sejak anak berusia dini. Dalam lima tahun pertama yang disebut  The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan / diformat semangat belajarnya . Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali . Sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal - hal yang berkenaan dengan perkembangan belajar sang buah hati .
Namun sayang, pada masa usia seperti ini orang tua selalu salah langkah dalam memformat pendidikan anak  sehingga mematikan daya ingin tahu anak dan kreativitas anak. Orangtua cenderung marah ketika dimasa kecil anaknya cerewet banyak bertanya secra terus–menerus berkesinambungan bahkan tidak rasional. Padahal, pada saat itu anak sedang membangun pengetahuannya berdasarkan kemampuan otaknya, namun orangtuanya memadamkan rasa ingin tahunya. Atau orangtua cenderung marah ketika dinding rumahnya penuh coretan atau rumahnya berserakan dengan permainan anaknya. Padahal, saat itu anak sedang membangun kreativitasnya dan mengaktualisasikan interpersonal intelegensinya dalam dunia bermain.
Yang terlupakan orangtua bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak belajar; belajar berinteraksi, belajar berkomunikasi, belajar membangun kemampuan berfikir rasional (konstruksivisme) dan sebagainya .
Jika hal–hal kecil seperti di atas terbunuh oleh kemalasan dan ketidaksabaran  orang tua, wajar jika kelak anak di sekolah takut bertanya, takut memberi tanggapan maupun komentar, takut bereksperimen dan selalu bersikap diam tak bereaksi ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif  mendengar dan menunggu. Inilah buah pendidikan pertama di keluarga yang sangat merugikan pendidikan anak.

2.      Memberi makanan yang bergizi .
Sebuah slogan tertera dalam buku The Learning Revolution “Otak anda adalah apa yang ada makan“. Jika anak kita diberi makan kerupuk, kerupuklah kualitas otak anak kita. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal Inggris tahun 2001, menjelaskan bahwa memberikan nutrisi yang cukup untuk otak si kecil sangat berpengaruh pada perkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya.
Banyak didapati anak–anak peserta didik menguap (seperti mengantuk) saat belajar pada pagi hari, hal itu bukan disebabkan anak kurang tidur. Tetapi otak kekurangan energi untuk berpikir pada tingkat tinggi (high order thinking), sehingga otak mudah lelah dan anak seperti mengantuk.
Fasilitas belajar yang paling esensial pada tubuh manusia adalah otak. Jadi, jika ingin cerdas, selain rajin belajar juga otak perlu di beri makanan yang berguna untuk membangun sel–sel otak yang berperan mengoptimalkan fungsi memori kerja  otak.
Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler Medical Center, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibanding dengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat, kebutuhan asam lemak anak bisa dipenuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susu yang diperkaya DHA dan ARA, dua nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil. 
Glukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amat penting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapat berjalan dengan baik jika terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semua bisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang, buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya daun singkong .
Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam amino yang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar senyawa ini amat berpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari .Kebutuhan senyawa ini bisa didapat dari ikan, daging, keju, yogut dan kacang-kacangan. Sedangkan kebutuhan buah-buahan, sayur-sayuran yang diperkaya antioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otak yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, dan berakibat proses belajarpun jadi lamban.

3.      Menyediakan fasilitas belajar yang memadai .
Fasilitas belajar dapat berupa meja belajar, tempat/kamar belajar, lampu belajar dan suasana belajar . Jika orang tua menginginkan anaknya betah belajar dan nyaman dalam belajar, maka fasilitas belajar yang nyaman harus disediakan. Bagaimana mungkin anak akan betah belajar jika ketika ia belajar suara keluarga lainnya tertawa gembira menonton acara televisi, meja belajar tidak ada serta lampu belajarpun menyakitkan/menyilaukan mata.
Di samping itu, orangtua sebaiknya mengetahui modalitas belajar anaknya, sehingga orangtua dapat memfasilitasi kebutuhan belajar anaknya sesuai dengan modalitas belajar anaknya.

4.      Membelikan buku dan alat-alat tulis
Buku merupakan salah satu sumber belajar, dan masih banyak lagi sumber belajar selain buku. Semakin banyak sumber belajar yang dapat diakses oleh anak, semakin baik bagi anak untuk memperkaya pengetahuan anak.
Kelemahan anak–anak didik kita saat ini adalah hanya mengandalkan guru sebagai satu–satunya sumber belajar. Padahal masih banyak lagi sumber belajar lain seperti perpustakaan, majalah, koran, buku penunjang diluar buku sekolah, bahkan internet.
           
5.      Memberitahu bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajar.
Belajar di rumah  merupakan kebiasaan yang perlu ditanamkan pada anak. Orang tua dapat membantu anak membuat jadwal belajar secara teratur dan terencana. Setelah jadwal tersusun, orangtua harus mengawasi dan mendampingi anaknya belajar serta menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Orang tua harus mengatur waktu anak untuk menonton televisi atau acara lainnya. Jangan biasakan anak belajar sambil menonton televisi, jika orang tua  menginginkan prestasi belajar yang gemilang.

6.      Menandatangani buku konsultasi/PR.
Sebagai wujud perhatian yang tepat, orang tua harus menandatangai buku konsultasi/PR anaknya. Dengan demikian, orangtua dapat mengetahui tingkat perkembangan kemampuan akademik anaknya dan perkembangan kemajuan belajar anaknya, sehingga dapat menentukan langkah–langkah tindakan yang tepat untuk kemajuan prestasi belajar anaknya.

7.      Memberitahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam belajar 
 Ketika anak menghadapi kesulitan dalam hal belajar, orang tua dapat membantu menemukan langkah–langkah atau memberitahukan langlah–langkah penyelesaiannya, atau berkonsultasi dengan guru di sekolah untuk mengatasi permasalahan belajar anaknya.
Banyak anak gagal dalam belajar  bukan karena kemampuan anak rendah, tetapi kebanyakan anak tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat. Orangtua harus dapat mengetahui modalitas belajar yang dimiliki oleh anaknya, sehingga orangtua dapat mengarahkan cara belajar yang tepat untuk anaknya.

8.      Mengecek apakah anak sudah belajar/mengerjakan tugas-tugasnya
Sebagian besar anak–anak pelajar kita tidak belajar jika tidak ada PR. Jadi mereka belajar, jika ada PR. PR dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi peserta didik. Orang tua dapat membimbing anak menyelesaikan PR jika anak memang butuh bimbingan, atau menghadirkan guru privat untuk mendampingi serta membimbing anak ketika belajar di rumah jika memang diperlukan oleh anak.

9.      Menanyakan nilai/hasil belajar anak
     Untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar anaknya, orangtua harus sering menanyakan nilai hasil ulangan harian maupun nilai hasil pekerjaan rumah anaknya. Jika hasilnya baik, orangtua perlu memberi penguatan terhadap keberhasilan anaknya. Penguatan/afirmasi dapat berupa pujian, pengakuan atau hadiah sebagai penghargaan terhadap kesuksesan anaknya dalam belajar.
      Namun, jika anak tidak/kurang berhasil orangtua harus memberi support/motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Bukan mencerca dan menghujat dengan kata–kata; bodoh, tolol, dan sebagainya yang akan membuat anak kurang percaya diri dan kehilangan semangat belajar.

10.  Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
Tidak semua anak dapat mengatasi kesulitannya sendiri. Sebaiknya orang tua mengetahui kesulitan–kesulitan apa yang dihadapi si anak jika orangtua menginginkan anaknya berprestasi dalam belajar. Jika kesulitan anak tidak dapat diatasi sendiri oleh orangtua, sebaiknya orang tua mencari penyelesaian dengan bantuan oranglain. Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal–soal pekerjaan rumah matematika karena tingkat penguasaan materi anak yang lemah. Orangtua dapat mencari pendamping belajar anak agar anak tidak tertinggal dalam mata pelajaran tersebut.

11.  Menjelaskan mengapa anak perlu belajar dan sekolah dengan rajin
Menjelaskan dan menanamkan pentingnya belajar terhadap anak adalah sangat penting. Dengan memberi contoh pada kehidupan nyata akibat orang yang tidak mau belajar dapat memotivasi anak untuk giat belajar. Namun penjelasan saja tidak cukup jika orangtua tidak memfasilitasi kebutuhan belajar. Jadi agar anak mau belajar, sediakanlah sarana dan prasarana belajar agar anak memperoleh kemudahan untuk belajar.
Alangkah ironisnya, jika anak kita suruh belajar namun tidak ada sarana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

12.  Memberitahukan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak di sekolah dan rumah dalam   belajar
Belajar tentunya mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan belajar, orangtua harus berupaya menyingkirkan segala rintangan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan belajar anaknya  dengan memberitahukan hal–hal yang dapat menopang keberhasilan belajar anaknya serta hal–hal yang dapat menghambat keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian anak dapat memilih tindakan/kegiatan yang tepat dan benar.
Selanjutnya orangtua mengawasi secara  tepat  kegiatan anaknya.

13.  Menegur bila anak lalai tugas / tanggung jawab .
Bila anak lalai dalam mengerjakan tugasnya orangtua harus berani menegur. Namun teguran yang mengandung nilai pendidikan, bukan cercaan, makian dan hujatan. Hal ini perlu, untuk mengontrol anak tetap berada di jalur yang benar.
Namun teguran dan pujian/afirmasi haruslah terlaksana dengan seimbang. Kadangkala ketika anak melakukan tindakan yang tepat/berprestasi orangtua bersikap diam seribu basa, namun ketika anaknya lalai orangtua marah bahkan menghujat.

14.  Memberi contoh teladan
Keteladan merupan hal terpenting dalam kehidupan anak. Kadangkala anak tidak menemukan kesesuaian apa yang ia peroleh dalam pembelajaran dengan sikap perilaku orangtuanya. Semakin banyak ketidaksesuaian yang ia peroleh akan membuat anak berantipati dengan orangtuanya.
Dalam hal belajar, ketika orangtua menyuruh anaknya untuk belajar, sebaiknya orangtua juga mengambil buku/bacaan lain untuk membaca/belajar bersama anaknya. Bukan nonton televisi atau putar CD sehingga anaknya merasa cemburu dan sebagainya.
Jadi  berilah keteladanan pada anak, karena pada dasarnya anak adalah imitasi dari orangtuanya. Keteladanan merupakan metode pendidikan terbaik.

Penutup
            Belajar dapat diumpamakan seperti  seseorang yang ingin membuat teh manis. Air adalah subjek belajar (siswa), gula adalah materi pembelajaran (ilmu pengetahuan) dan sendok/pengaduk adalah katalisator pembelajaran (guru). Jika airnya panas, gula akan larut tanpa mesti diaduk, cukup digoyang perlahan. Namun, jika airnya tidak panas/dingin, perlu tenaga ekstra untuk mengaduknya.  Orangtua juga dapat berperan sebagai katalisator pembelajaran ketika anak berada di rumah dengan berupaya meningkatkan peran sertanya dalam menopang prestasi belajar anaknya.
            Jadi, prestasi belajar seorang anak bukanlah semata tanggungjawab seorang guru. Orangtua juga punya konstribusi besar dalam menopang prestasi belajar anaknya. Karena sumber belajar bukan hanya guru. Guru adalah salah satu sumber belajar diantara sekian banyak sumber belajar.
            Jika orangtua mau melakukan ini, bolehlah berucap: “SIAPA DULU BAPAKNYA/IBUNYA“ .
 Daftar Pustaka
1.   Anonim, (2002). Nutrisi Otak Agar Anak Cerdas. Website Balita Cerdas.
2.  Dryden G; & Jeannette Vos, (2002). Revolusi Cara Belajar. Bandung: Penerbit Kaifa.
3.   LP3 UMY (2003). Majalah Pendidikan–Gerbang. Jakarta 
4.   Porter, B De & Hernacki, Mike (2001). Quantum Learning. Bandung: Penerbit Kaifa.
5. Slameto, (2003). Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak. Website Depdiknas
Share:

0 komentar:

Total Pengunjung

BTemplates.com

Followers

Contact Form

Name

Email *

Message *

Blog Archive

Apakah Blog ini Bermanfaat?

Blog Archive